BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tinjauan Umum PT.
Phapros Tbk.
1.1.1 Sejarah dan
Perkembangan
PT.
Phapros, Tbk. didirikan oleh NV. Kian Gwan Handels Maatschappy (Prof. Liem Wie
Hock) pada tanggal 21 Juni 1954. PT. Phapros, Tbk. merupakan bagian dari
pengembangan usaha Oei Tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat pertama Indonesia
yang menguasai bisnis gula dan agro industri. Cikal bakal salah satu perusahaan
farmasi tertua di Indonesia ini adalah NV Pharmaceutical
Processing Industries, yang disingkat menjadi Phapros.
Pada
awal pendiriannya, OTHC menguasai 96% saham Phapros tetapi dalam perkembangan
kepemilikan sahamnya mengalami perubahan. Hingga saat ini saham PT. Phapros,
Tbk. dimiliki oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia (BUMN di bawah Departemen
Keuangan) sebesar 54% dan sisanya 46% dimiliki oleh masyarakat umum, terutama
dari kalangan dokter, apoteker dan profesional lainnya di bidang kesehatan yang
berjumlah 300 orang. Pada tahun 2000 status PT.
Phapros, Tbk. berubah dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka
karena modal setornya sudah di atas ketentuan 3 miliar rupiah.
Pada ulang tahun PT.
Phapros, Tbk. ke 50, yaitu 21 Juni 2004 logo lama PT. Phapros Tbk. diganti
dengan logo baru. Dengan bergantinya logo, diharapkan PT. Phapros Tbk. siap
untuk menyongsong masa depan dengan optimis.
(Logo
Lama) (Logo Baru)
Gambar
1. Logo lama dan logo baru PT. Phapros, Tbk.
Makna
dari logo baru tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Tiga lingkaran yang
berurutan keatas mewakili tiga stake
holder yaitu konsumen, pemegang saham dan karyawan yang saling mendukung
dan untuk menaikkan nilai kepentingan ketiga stake holder melaju bersama
menyongsong masa depan.
2.
Lingkaran melayang
melambangkan benih ide baru selain itu juga menggambarkan landasan yang kokoh.
3.
Kedekatan lingkaran
melambangkan nilai kekeluargaan dan menunjukkan karakter yang kuat.
4.
Warna biru melambangkan
inovasi, perkembangan, kesungguhan dan kebijaksanaan.
5.
Gradasi warna merah
kuning melambangkan keberanian dan keharmonisan organisasi.
6.
Typografi melambangkan
kesederhanaan tanpa meninggalkan kesan stabil dan kokoh.
Dalam
perkembangannya PT Phapros Tbk. selalu berusaha mengembangkan produknya.
Perkembangan produksi yang telah dilakukan PT. Phapros, Tbk. adalah sebagai
berikut :
1.
Tahun 1957 : tablet dan tablet salut gula
(Livron B Plex)
2.
Tahun 1960 : injeksi (Pehacain Injeksi)
3.
Tahun 1963 : kapsul
(Pehacycline)
4.
Tahun 1964 : sirop (Livron Tonic)
5.
Tahun 1972 : salep dan cream (Fluocort N
Cream dan NB Tab Oint)
6.
Tahun 1978 : tablet salut selaput (Metaneuron)
7.
Tahun 1990 : memperoleh sertifikat CPOB
8.
Tahun 1999 : memperoleh sertifikat ISO 9001
mengenai sistem mutu
9.
Tahun 2000 : memperoleh sertifikat ISO 14001
mengenai lingkungan
10.
Tahun 2002 : memproduksi 137 item obat,
124 diantaranya adalah obat hasil
pengembangan sendiri.
11.
Tahun 2004 : PT. Phapros, Tbk. memperkenalkan
produk alam dalam kelompok Agro-Medicine (Agromed)
12.
Tahun 2009 : sertifikasi OHSAS 18001: 2007 (Occupational Health and Safety Assessment
Series)
Guna
memperkuat jaringan dan distribusi, PT. Phapros, Tbk. mempererat kerja sama
dengan PT. Rajawali Nusindo yang merupakan distributor tunggal dalam memasarkan
produk PT. Phapros, Tbk. Sejak tahun 1997 pemasaran untuk obat-obat ethical ditangani sendiri oleh PT. Phapros, Tbk., sedangkan untuk
obat-obat generik dan Inpres dilaksanakan oleh PT. Rajawali Nusantara
Indonesia.
Sampai
saat ini PT. Phapros, Tbk. telah memproduksi kurang lebih 250 macam produk. Produk-produk yang
dihasilkan PT. Phapros, Tbk. dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Produk
PT. Phapros, Tbk. meliputi:
a. Produk rutin yaitu produk dengan nama
dagang, seperti: Antimo, Bio ATP, Becefort, Supralivron, Livron B-Plex, dll.
b. Produk obat generik berlogo (OGB),
seperti: Amoxicillin kaplet, Ampicillin
kaplet, Ampicillin sirup, dll.
c. Produk Pesanan Pemerintah seperti
produk untuk PKD (Peningkatan Kesehatan Daerah), seperti obat antituberkulosis.
d. Produk Agromed, seperti: Tensigard®,
Ocugard, Hepagard, Fitogen, X-gra®, dsb.
2.
Produk-produk
lisensi dari Boehringer Mannheim GmBHm Jerman, American Product USA, Lederle
Laboratories Division, Lekk Ljubljana Slovenia, F. Trenka Austria, dan Schwabe
Jerman, seperti: Artane tablet, Xiclav tablet, Diamox tablet, dan lain-lain.
1.1.2
Visi
dan Misi PT. Phapros Tbk
Visi
PT. Phapros, Tbk. adalah menjadi perusahaan farmasi terkemuka yang menghasilkan
produk inovatif dan jasa kesehatan yang didukung oleh manajemen profesional
serta kemitraan strategis guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Misi
yang dikembangkan PT. Phapros, Tbk. untuk mendukung visinya adalah :
1.
Menyediakan produk
kesehatan terbaik guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2.
Memberikan imbal hasil
kepada pemegang saham sebagai refleksi kinerja perusahaan dan memberikan
penghargaan terhadap karyawan yang memberikan kontribusi serta melakukan
innovasi.
3.
Menjadi perusahaan yang
mempunyai tanggung jawab sosial dan ramah lingkungan.
Kebijakan
Perusahaan PT. Phapros, Tbk.:
1.
Menyediakan produk obat
dan produk kesehatan lainnya yang aman, manjur dan bermutu.
2.
Memberikan layanan dan
informasi tentang penggunaan dan penanganan produk yang dihasilkan.
3.
Menetapkan sistem
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan
dan dampaknya dalam setiap aktifitas operasi perusahaan.
4.
Menetapkan sistem
pengelolaan risiko dalam setiap aktifitas operasi perusahaan.
5.
Menetapkan sistem kerja
yang berorientasi pada peningkatan produktivitas, efisiensi dan inovasi dengan
mempertimbangkan perbaikan mutu, dampak lingkungan dan kualitas kesehatan kerja.
6.
Perbaikan terus menerus
atas proses, infrastruktur, teknologi dan kompetensi SDM sesuai tuntutan
persyaratan mutu, lingkungan dan kesehatan kerja.
7.
Meningkatkan kepedulian
lingkungan dalam rangka tanggung jawab sosial perusahaan.
Pelaksanaan
kebijakan perusahaan ini diterjemahkan dalam Prosedur Operasional dan Instruksi
Kerja yang mengakomodasi tindakan perbaikan dan pencegahan yang
berkesinambungan.
1.1.3
Core Value “SPIRIT”
Ø
Strive for
excellence
Merupakan tekad
insan Phapros dalam berkarya untuk senantiasa memberikan yang terbaik dan
dengan upaya maksimal bagi pelanggan, masyarakat dan perusahaan.
Ø
Professional :
Setiap insan Phapros
senantiasa bekerja sesuai dengan kaidah-kaidah profesinya, dan memegang teguh
etika serta ethos profesi dalam berkarya sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Ø
Integrity
Adalah landasan moral
yang paling dasar Ini menunjukkan tekad insan Phapros, untuk menjunjung sikap
moral ini dan ditunjukkan dengan satunya kata dan perbuatan, sikap jujur dan
terbuka, tidak munafik dan mampu mempertahankan prinsip.
Ø
Respect to customer
Insan Phapros sadar
bahwa kelangsungan hidup perusahaan dan kesejahteraan karyawan sangat
tergantung dari kepuasan pelanggan, oleh karena itu seluruh insan Phapros meletakkan
kepuasan pelanggan menjadi sasaran kerja utama. Baik itu pelanggan pengguna,
endorser, komunitas kesehatan dan juga rekan dari proses kerja berikutnya.
Ø
Innovative
Untuk dapat
menghasilkan yang terbaik dan memuaskan kebutuhan pelanggan, maka seluruh insan
Phapros tak henti-hentinya mencari dan melakukan inovasi dalam bekerja guna
mencapai sasaran tersebut. Koridor yang membatasi inovasi hanyalah kaidah
profesionalisme dan landasan moral integritas.
Ø
Teamwork
Insan Phapros sadar
bahwa kerja kelompok yang sehat adalah prasyarat untuk perusahaan mampu
mencapai sasaran yang telah ditetapkan, karena sasaran perusahaan tak mungkin
dicapai seorang diri. Oleh karena itu pengembangan sumber daya insan Phapros
tidak ingin menghasilkan “superman” melainkan menghasilkan “super team”. Setiap
insan Phapros harus berupaya untuk menjadi anggota tim yang baik dan
berkontribusi maksimal demi keberhasilan tim, demi keberhasilan perusahaan dan
pada gilirannya keberhasilan diri sendiri serta keluarga.
1.1.4
Lokasi
dan Sarana Produksi
PT. Phapros, Tbk. terletak di Jl.
Simongan No. 131 Semarang, Jawa Tengah. Pada awal masa pendiriannya, PT.
Phapros, Tbk. cukup strategis sebagai lokasi industri karena jauh dari
pemukiman penduduk, tetapi pada saat ini di daerah sekitar industri sudah
dipadati oleh penduduk. Denah PT. Phapros, Tbk. dapat dilihat pada Gambar 2.
PT. Phapros, Tbk. Mempunyai luas area kurang lebih 3,5 hektar terdiri atas 3
hektar untuk bangunan dan selebihnya adalah taman, lapangan olahraga,
pengelolaan limbah, dan lain - lain.
Sarana produksi yang dimiliki oleh PT.
Phapros, Tbk. terdiri dari bangunan dan peralatan produksi. Bangunan PT. Phapros, Tbk. terdiri dari :
1.
Bangunan kantor,
meliputi kantor direksi, kesekretariatan, bagian umum, SPI, Akuntansi,
Keuangan, Pembelian, SDM, ERM dan PPPP/ LPP.
2.
Bangunan produksi,
terdiri dari gedung produksi b-Laktam
dan non b-Laktam. Gedung b-Laktam terpisah dengan
gedung produksi non b-Laktam,
mengingat sifat khas dari bahan aktifnya yang dapat menyebabkan
hipersensitifitas. Gedung b-Laktam
terdiri dari satu lantai yang meliputi ruang produksi, ruang pengemasan, gudang
transit bahan baku dan produk jadi.
Produk b-Laktam yang dihasilkan
antara lain: tablet, kapsul, sirup kering, dan injeksi. Untuk gedung produksi
non b-Laktam terdiri dari 3
lantai, yaitu: lantai satu untuk aktivitas pengemasan produk ruahan (pengemasan
primer dan sekunder), dan sebagai tempat untuk mencuci botol kemasan tablet dan
sirup. Lantai dua merupakan tempat produksi sediaan tablet, tablet salut dan
kapsul. Lantai tiga digunakan untuk produksi sediaan injeksi, salep dan sirup.
Lantai empat gedung produksi non b-Laktam terdapat sistem
pengaturan udara yang disirkulasikan dalam ruang produksi non Betalaktam.
3.
Gudang bahan baku, yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku sebelum didistribusikan ke
bagian produksi. Terdapat dua gudang bahan baku, yaitu gudang bahan baku b-Laktam dan non b-Laktam.
4.
Gudang produk jadi, digunakan untuk menyimpan produk yang
sudah jadi dan siap untuk diedarkan.
5.
Gudang bahan kemas,
digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang dipakai untuk mengemas produk,
seperti silika gel, foam, brosur, etiket, dus, box, polycelonium, PTP Foil,
dll.
6.
Gudang varia, digunakan
untuk menyimpan kebutuhan non produksi seperti alat tulis kantor, kebutuhan
administrasi dan lain - lain.
7.
Gudang teknik,
digunakan untuk menyimpan alat-alat produksi terutama spare part mesin.
8.
Gedung Pengendalian dan
Pemastian Mutu (PPM) dan gedung Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP) yang
dilengkapi dengan perpustakaan.
9.
Bangunan pendukung,
seperti poliklinik, kantin, garasi, bengkel, mushola dan masjid, Unit
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL), Air
Handling Unit (AHU), lapangan olah raga, laundry, dll. Sarana
pendukung lain yaitu unit listrik dan air, bangunan dan pertukangan, serta pool kendaraan. Selain itu terdapat
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang terdiri dari dua bagian yaitu IPAL
I untuk pengelolaan limbah produksi b-Laktam dan IPAL II
untuk pengelolaan limbah non produksi dan produksi non b-Laktam.
Gambar 2. Denah PT. Phapros, Tbk.
1.1.5
Strategi
Perusahaan
PT. Phapros, Tbk. telah
menerapkan strategi perusahaan (corporate strategy) dalam menghadapi
persaingan global industri farmasi. Strategi perusahaan yang diterapkan
meliputi :
1.
Produk
Sampai sekarang PT. Phapros, Tbk.
telah memproduksi 342 macam produk, 313 diantaranya adalah obat hasil
pengembangan sendiri (non-lisensi). PT. Rajawali Nusindo merupakan distributor
tunggal untuk memasarkan produk PT. Phapros, Tbk. Meski begitu, sejak tahun
1997 pemasaran obat-obat ethical ditangani sendiri oleh PT. Phapros,
Tbk. Sedangkan untuk obat-obat generik dan Inpres dilaksanakan oleh PT.
Rajawali Nusindo. Produk PT. Phapros, Tbk. meliputi over the counter (OTC),
generic, ethical, dan agro medicine (Agromed). Masing-masing
produk memiliki titik berat sendiri-sendiri. Produk-produk yang dihasilkan PT.
Phapros, Tbk. dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Produk
yang rutin diproduksi yang terdiri atas produk obat bebas/ OTC, produk obat
generik, produk PKD/ Peningkatan Kesehatan Daerah dan produk Agromed.
b.
Produk-produk
lisensi, misalnya dari Boehringer Mannheim GmBHm Jerman (1960), American
Product USA (1975), Lederle Laboratories Division, Lekk Ljubljana Slovenia
(1987), F. Trenka Austria (1990), dan Schwabe Jerman (1995) seperti Artane®
tablet, Xiclav® tablet, Diamox® tablet, dan sebagainya.
Berikut ini adalah penjelasan
dari berbagai macam produk-produk tersebut:
a.
Over
the counter (OTC), yang
menitikberatkan pada customer intimacy. Dalam mengembangkan produk OTC,
PT. Phapros, Tbk. menekankan pengenalan pelanggan secara baik sehingga dapat
dengan cepat memberikan respons terhadap kebutuhan pelanggan yang spesifik dan
khusus. Untuk mendukung strategi ini, PT. Phapros, Tbk., mengembangkan
produk-produk baru yang memiliki keunggulan bersaing sehingga mampu menjadi leading
product di pasar. Sebagai contoh obat yang termasuk OTC yaitu Antimo,
Antimo Anak, Livron B Plex, Supra Livron, Noza.
b.
Generic, dengan
titik berat pada operational excellence. PT. Phapros, Tbk. selalu berupaya
menyediakan produk yang dapat diandalkan dan memberikan service kepada
pelanggan pada harga yang kompetitif, serta kemudahan untuk mendapatkan produk
tersebut. Untuk menciptakan diferensiasi dan positioning product, PT.
Phapros, Tbk., mengembangkan produk-produk baru yang memiliki leadership tinggi.
Sebagai contoh obat generik yaitu Albendazole, Aminofilin, Amoxicillin,
Ampicillin, Antalgin, Antiparkinson DOEN, Asam Askorbat, Asam Folat, Asam
Mefenamat, Asetosal, Acyclovir, Benzatin Benzin Penisilin, Garam Oralit,
Gentamisin (injeksi & salep), Glibenclamide, Griseofulvin, Ibuprofen,
Isoniazide, Kalsium laktat, Kaptopril, Klorpromazin, Kotrimoksazol tablet
pediatrik, Lidocain injeksi 2%, Lyncomycin 500 mg, Methylprednisolon injeksi
500 mg, Methylprednisolon tablet 4 mg, Metronidazole tablet 250 mg, Natrium
diklofenak tablet 25 mg, Natrium diklofenak tablet 50 mg, Natrium tiosulfat
injeksi 25%-10 ml, Nifedipine tablet 10 mg, Nistatin Dragee, OAT Anti
Tuberkulosis Kategori 1 dan 2 Adult, Obat Anti Tuberkulosis Kategori Sisipan
(Adult), Obat Anti Tuberkulosis Kategori Anak, Omeprazole Tablet 12,5 mg,
Parasetamol Sirop 120 mg, Parasetamol Tablet 500 mg, Pirantel Tablet 125 mg,
Prazikuantel Tablet 600 mg, Prednison Tablet 5 mg, Primakuin Tablet 15 mg,
Prokain Benzil Penisilin G Injeksi 3 juta IU/Vial, Prometazin Tablet 12,5 mg,
Prometazin Tablet 25 mg, Ranitidine Tablet 150 mg, Rifampisin Kaplet 300 mg,
Rifampisin Kaplet 450 mg, Simetidine Tablet 200 mg, Siprofloksasin Tablet 500
mg, Streptomisin Injeksi 1,5 g/ml, Tablet Tambah Darah/30, Tetrasiklin Kapsul
250 mg, Tetrasiklin Kapsul 500 mg, Tiamin HCl Mononitrat (Vitamin B1) Injeksi,
Tiamfenicol 500 mg, Ferro Sulphate Syrup Bottle 150 ml, Natrium Fenitoin 30 mg
Kapsul, Natrium Phenitoin 50 mg Kapsul.
c.
Ethical,
titik berat pada
product leadership. PT. Phapros, Tbk. menawarkan produk yang inovatif
untuk memenangkan persaingan, baik melalui modifikasi content maupun context,
serta memberikan service sebagai nilai tambah kepada pelanggan. Contoh
obat ethical yaitu Amaropo Plus,
Becefort Sirup, Betafort, Bio ATP, Bioneuron Tablet, Bioneuron Injeksi,
Cardismo, Corsona Tablet, Corsona Injeksi, Dextamine, Dextamine Sirup,
Dextrofen Kapsul, Diafac, Dolsic Injeksi, Droxefa 500 Kapsul, Febrinex Sirup,
Fluocort N Cream, Geriavita, Grivin, Grivin Forte, Hemafort, Hustab Tablet,
Hustab P Tablet, Hustab P Sirup, Hypobhac 25 Injeksi, Hypobhac 100 Injeksi,
Hypobhac 200 Injeksi, Ilusemin 100, Kolkatriol, Kolkatriol Forte, Metaneuron,
Nacoflar 25, Nacoflar 50, NB Topical Ointment, Osteotin, Palentin 375, Palentin
625, Palentin Sirup Kering, Palentin F Sirup Kering, Pehacain Injeksi,
Pehadoxin, Pehadoxin Forte, Pehamoxil Forte, Pehamoxil 125 Sachet, Pehastan
500, Pehatrim Suspensi, Pehatrim Dewasa, Pehatrim Forte, Pehavral, Pehazon, Pehazon
Forte, Phadilon 500 Injeksi, Phadilon 4 Tablet, Phalol 10, Phaproxin 500, Pro
Infark, Sefure 750 Serbuk Injeksi, Spirolacton 25, Spirolacton 100, Taxef 1000
Serbuk Injeksi, Tebokan, Tebokan Spesial, Trixon 1000 Serbuk Injeksi, Vapril
12.5, dan Vapril 25.
d.
Agromed,
titik berat pada
innovation and standardization. PT. Phapros, Tbk., juga melakukan
inovasi yang memberikan diferensiasi dengan menawarkan produk obat berbasis
bahan alam yang telah teruji khasiatnya secara klinis. Pada tahun 1969, PT.
Phapros, Tbk. meluncurkan Pehastone, peluruh batu ginjal yang dibuat
dari tanaman obat dan diikuti dengan produk alam dalam kelompok Agromed.
Agromed menawarkan kearifan tradisional dengan kepastian ilmiah modern.
Pada tahun 2005, PT. Phapros, Tbk. meluncurkan fitofarmaka pertama di
Indonesia, yaitu X-gra® dan Tensigard®. Uji klinik untuk produk Agromed
Tensigard® merupakan hasil kerja sama dengan Dr. dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.Jtg (Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta), sedangkan pada X-gra®
bekerja sama dengan pakar ahli Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And. (Rumah
Sakit Sanglah, Bali). Produk Agromed lainnya adalah Ocugard, Hepagard, Fitogen,
Hemorogard dan Glucogard.
2.
Komunikasi
(360º communication)
Dalam berinteraksi dengan
stakeholder, khususnya pelanggan, PT. Phapros, Tbk. menerapkan strategi
komunikasi dan promosi 360º yang mengkombinasikan pembentukan citra dalam
jangka panjang dan penciptaan penjualan dalam jangka pendek.
3.
Penetapan
Harga (Value, benefit, price)
Harga disusun secara spesifik dan
unik sesuai dengan karakteristik pasar. Untuk kelompok produk OTC, PT. Phapros,
Tbk., menekankan penciptaan value yang tinggi kepada pelanggan. Untuk
kelompok produk ethical, PT. Phapros, Tbk., menggunakan strategi
penciptaan keuntungan produk yang tinggi. Sedangkan untuk produk generic,
merupakan strategi berorientasi harga untuk memperkuat portofolio produk.
4.
Sumber
Daya Manusia: Competency Based Organization (CBO)
Strategi pengembangan SDM sebagai
penjabaran visi-misi PT. Phapros, Tbk., didasarkan pada pengembangan kompetensi
karyawan. Penerapan CBO diarahkan pada terciptanya faktor-faktor kompetensi skill,
knowledge, attitude yang efektif dalam meningkatkan daya saing bisnis PT.
Phapros, Tbk.
PT.
Phapros, Tbk., menguasai semua kunci utama sukses sebagai sebuah perusahaan
farmasi terkemuka, yaitu sumber daya manusia berkualitas dan berdedikasi, portofolio
produk yang kuat, kondisi keuangan yang solid, kemampuan untuk
mengembangkan dan memasarkan obat baru, serta budaya perusahaan yang dinamis.
1.1.6
Struktur
Organisasi
PT. Phapros Tbk
Struktur
Organisasi PT. Phapros, Tbk. dapat dilihat pada Gambar 3. Internal audit (Satuan Pengawasan Intern) merupakan bagian yang
bertugas mengawasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi,
kegiatan pemasaran, dan keuangan. Internal Audit (Quality Management
Representative) dibentuk setiap 6 bulan sekali. Internal audit dipegang
oleh Manager dari departemen yang terpilih. Anggotanya terdiri dari tenaga
farmasis dan non farmasis yang selalu berganti secara periodik dan bersifat independent.
Sistem yang dilakukan dalam internal audit adalah audit silang, tujuannya untuk
mendapatkan obyektifitas hasil audit. Internal audit juga mempunyai tujuan
untuk mempersiapkan PT. Phapros, Tbk. dalam menghadapi audit dari pihak luar
seperti BPOM atau industri lain yang ingin melakukan toll in.
Pengembangan bisnis mempunyai tugas antara lain menilai kelayakan suatu usulan
produk untuk dapat dijadikan produk baru atau tidak, dan kemungkinan untuk
membeli pabrik farmasi lainnya (akuisisi). Corporate secretary merupakan
suatu sekretaris perusahaan yang salah satu tugasnya adalah public relations
(PR). Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur
Organisasi PT. Phapros, Tbk.
1.1.7 Kegiatan di
PT. Phapros Tbk
1.1.7.1
Departemen
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum
Departemen SDM terdiri dari 4
bagian yaitu bagian Administrasi SDM dan Hubungan Ketenagakerjaan, bagian
Perencanaan dan Pengembangan SDM, bagian Pelayanan Umum dan Rumah Tangga serta
EHS Officer. Bagian Administrasi SDM dan Hubungan Ketenagakerjaan bertugas
mengatur sistem penggajian, status karyawan dan golongan, jaminan atau santunan
sosial, fasilitas kesehatan, perjalanan dinas, insentif dan penghargaan, cuti
dan fasilitas-fasilitas lain.
Bagian Perencanaan dan
Pengembangan SDM bertugas melakukan perencanaan
tenaga kerja, rekruitmen dan seleksi, kompetensi, pelatihan dan pengembangan,
program induksi, dan sistem manajemen kinerja. Bagian Pelayanan Umum dan Rumah
Tangga tugasnya menyediakan barang-barang non produksi seperti kendaraan,
kertas, pengelolaan kantin, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Fasilitas
penanganan limbah juga dikelola oleh
Unit Pengelolaan Limbah. Bagian EHS Officer bertanggung jawab atas :
Ø
Membuat, mengendalikan
serta mengevaluasi sasaran dan anggaran unit dengan biaya yang
efektif (Cost Effectiveness).
Ø
Melakukan analisis risiko terhadap
aktifitas operasional yang ada dan direncanakan untuk melihat potensi bahaya
yang ada baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
maupun terhadap lingkungan.
Ø
Menentukan tindak pencegahan dan
pengendalian yang sesuai terhadap risiko yang telah diidentifikasi dan
memastikan efektifitasnya.
Ø
Menyusun program dan
pelaksanaan pengukuran dan pemantauan lingkungan dan K3 serta melakukan evaluasi.
Ø
Mengkoordinasi dan
berperan aktif dalam penyelidikan kecelakaan kerja (termasuk near miss) dan
pencemaran lingkungan.dan segera merekomendasikan/melakukan tindak perbaikan
dan pencegahannya.
Ø
Memastikan pelatihan
dan simulai penanganan keadaan darurat dilakukan secara berkala dan memastikan
bahwa selalu dalam kondisi siaga.
Ø
Membantu penerapan Job
safety analysis dan melakukan pemeriksaan pekerjaan yang dilakukan pada kondisi
sulit atau pada situasi bahaya.
Ø
Memberikan
rekomendasi/melakukan perbaikan atas temuan audit sistem K3LL
(internal/eksternal) dan memantau pelaksanaan rencana tindak lanjut.
Ø
Bertanggungjawab untuk
pembuatan laporan tertulis secara berkala ke Manjemen mengenai kinerja k3LL dan laporan ke instansi terkait.
Ø
Menjamin dan memastikan bahwa semua kegiatan di unit
kerjanya mengacu pada CPOB, system manajemen mutu ISO 9001, system manajemen
lingkungan ISO 14001 dan system manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
OHSAS 18001 dan berupaya untuk meningkatkan pemenuhannya secara efisien /perbaikan
terus menerus.
1.1.7.2
Departemen Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Persediaan (PPPP)
Departemen PPPP berfungsi sebagai
pengelola pesanan, pengendalian material, perencanaan, dan evaluasi produksi.
Departemen ini membawahi divisi logistik dan pengendalian persediaan, gudang
bahan baku (raw material warehouse), dan gudang produk jadi (finish
good warehouse). Kegiatan dari PPPP adalah menyusun perencanaan produksi
dan pengendalian persediaan dengan menyusun kebutuhan bahan awal, rencana
produksi sesuai dengan permintaan departemen marketing; mengendalikan dan mengelola stok bahan awal dan produk
jadi; menerima, mengirim dan memantau distribusi poduk ke distributor utama
serta menerima pengembalian produk dari distributor jika ada. Departemen PPPP
menjadi koordinator untuk penerimaan Toll In Manufacturing dan
penempatan produksi Toll Out Manufacturing. Alur kerja departemen PPPP
dapat dilihat pada Gambar 4.
Untuk merealisasikan produksi,
maka bagian ini mengeluarkan Work Order (WO) yang didistribusikan pada
bagian produksi yang bersangkutan, gudang, manager produksi dan bagian
keuangan. Perencanaan dan pengendalian persediaan bertujuan agar pemakaian
bahan dapat dilakukan dengan tepat jumlah, mutu, dan waktu serta ekonomis
sehingga dapat mencegah terjadinya kelebihan atau kekurangan persediaan.
Pengendalian persediaan didasarkan pada rencana produksi, persediaan di gudang
dan formulasi produksi.
Sistem kontrol di setiap bagian
PT. Phapros, Tbk. menggunakan Information Technology (IT) yaitu MFG-Pro
/ QAD. Salah satu programnya adalah MRP (Material Resources Planning).
Sistem MRP melakukan perencanaan dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya
yang berhubungan dengan proses ketersediaan bahan baku dan kapasitas produksi.
Sistem MRP ini membantu Departemen PPPP dalam mengkontrol dan memperkirakan
pelaksanaan order akan terpenuhi berdasarkan ketersediaan bahan baku dan
kapasitas produksi.
Gambar 4. Alur Kerja Departemen PPPP
1.1.7.3
Pengadaan
(Procurement)
Secara umum, tugas dari pengadaan
adalah untuk memenuhi kebutuhan dari Produksi (bahan baku, spare parts mesin,
dll.), Umum (alat kantor, dll.), dan Marketing Support (sarana promosi,
dll.). Secara spesifik bagian pengadaan bertugas mengurusi semua hal yang
berhubungan dengan permintaan pembelian/ purchase requisition (seperti
bahan baku, bahan kemas, bahan-bahan pendukung produksi, dan barang investasi
serta peralatan), penawaran, evaluasi pembelian, mengurus surat pesanan, proses
inspeksi, pembayaran, seleksi dan evaluasi vendor, dan monitoring pengadaan
bahan. Bagian Pengadaan terhubung langsung dengan sistem MRP II, sehingga dapat
mengetahui permintaan dari Departemen PPPP.
Tugas dari bagian pengadaan
adalah:
a.
Mendapatkan
barang dengan kualitas dan spesifikasi yang sesuai.
b.
Mendapatkan
barang dengan harga yang kompetitif dan termin pembayaran yang panjang.
c.
Mendapatkan
barang yang sesuai jumlahnya dan sesuai waktu kebutuhannya.
d.
Melakukan
pembelian barang sesuai peraturan yang berlaku.
e.
Maintenance
supplier dalam
hal kualitas dan ketersediaan barang.
Faktor penting dalam bagian pengadaan adalah : Quality;
Price; Lead time/ delivery time; Quantity; Term of payment; Availability.
Untuk menjamin kualitas bahan baku yang dipilih, Bagian Pengadaan memiliki data
mengenai supplier yang telah memenuhi kualifikasi. Kriteria supplier diantaranya
berdasarkan pertimbangan harga, kualitas dari bahan, ketepatan waktu pengiriman
(delivery time) dan waktu pembayaran (time of payment). Data
untuk supplier baru meliputi: Company Profile, Customer List,
Product List, dan bila diperlukan Sertifikat GMP (Good Manufacturing
Practices), ISO, dan lain-lain. Dalam memutuskan pemilihan bahan baku
tersebut dilakukan pengujian sejumlah sampel oleh bagian Perencanaan dan
Pengembangan Produk (PPP).
Gambar 5. Alur kerja
Departemen Pengadaan
Semua penerimaan, pengeluaran dan
jumlah barang tersisa harus dicatat. Catatan berisi keterangan mengenai
pasokan, nomor batch atau lot, tanggal penerimaan atau penyerahan,
tanggal pelulusan dan tanggal daluarsa bila ada. Didalam pengadaan bahan perlu
dilakukan seleksi terhadap pemasok yang akan dipilih, diantaranya untuk
mengetahui konsistensi pengadaan dari vendor, penyesuaian kondisi finansial
perusahaan dan untuk mendapatkan bahan dengan spesifikasi yang sesuai dengan
ketentuan perusahaaan.
1.1.7.4
Departemen
Produksi
Departemen Produksi
PT. Phapros Tbk membawahi 4 bagian yaitu:
1.
Bagian Tablet, Tablet Salut, dan Kapsul (TTSK) dan Agromed
Produksi tablet, tablet salut, dan kapsul dilakukan di gedung
produksi non β-Laktam lantai dua. Proses produksi dan
pengemasan dibagi menjadi 2 lantai. Ruang proses produksi terletak di
lantai 2 yang meliputi proses pengolahan tablet atau kapsul sejak berupa bahan
baku sampai menjadi tablet atau kapsul.
Gambar 6. Departemen
Produksi
2.
Bagian Pengemasan gabung TTSK
Proses
pengemasan dilakukan di gedung produksi non β-Laktam lantai satu. Proses
pengemasan ini terbagi menjadi dua, yaitu pengemasan primer dan pengemasan
sekunder. Pengemasan primer dilakukan di grey area sedangkan pengemasan
sekunder dilakukan di black area.
3.
β-Laktam
Proses
produksi antibiotika golongan β-Laktam dilakukan dalam gedung yang
terpisah dari unit produksi lainnya.
Sesuai ketentuan CPOB, produksi obat β-Laktam harus dilakukan pada lokasi
tersendiri karena golongan obat ini dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas pada
sebagian orang. Ketentuan ini juga bertujuan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang terhadap produk obat yang lain. Gudang penyimpanan bahan
baku β-Laktam dibuat terpisah dari tempat penyimpanan bahan baku yang lain.
Bagian β-Laktam juga memiliki sistem pengolahan limbah tersendiri untuk
pemecahan cincin β-Laktam.
Karyawan
yang akan bekerja di Bagian β-Laktam terlebih dahulu diperiksa sensitivitasnya
terhadap antibiotik golongan penisilin dengan dilakukan tes alergi. Hal ini
untuk menghindari terganggunya kesehatan karyawan karena reaksi alergi terhadap
obat golongan penisilin. Adapun proses produksi sediaan steril yaitu filling
injeksi kering yang berupa powder dilakukan di white area yaitu
di ruang kelas 100 (di bawah LAF dengan area penunjang kelas 10.000).
4.
Injeksi, Salep, dan Sirup (ISS)
Bagian ISS bertugas memproduksi sediaan steril
injeksi, salep, dan sirup non β-Laktam, serta pembuatan aqua pro injeksi sesuai
dengan rencana produksi yang ditetapkan Departemen PPPP. Produksi injeksi,
salep, dan sirup dilakukan di gedung produksi non β-Laktam lantai III yang
telah memenuhi ketentuan CPOB. Di tempat ini dilakukan proses produksi dan
pengemasan primer pada produk injeksi, salep, dan sirup. Ruang produksi terbagi
menjadi tiga area, yaitu black area, grey area, dan white area.
Proses pengemasan sekunder, printing, dan viewing serta sirup
dilakukan di grey area. White area terbagi dalam dua kelas, yaitu
kelas 100 (dengan LAF, digunakan untuk produksi secara aseptis yaitu filling
sediaan injeksi) dan kelas 10.000 (dengan HEPA-filter, digunakan sebagai area
penunjang bagi area kelas 100).
Gambar
7. Alur Kerja Departemen Produksi
1.1.7.5
Preventive
Maintenance
Bagian pemeliharaan bertanggung
jawab untuk melaksanakan pemasangan alat (instalasi), perawatan rutin (mesin
produksi, mesin pendukung dan peralatan laboratorium), dan pelaksanaan proses
kualifikasi (kualifikasi instalasi, operasional dan kinerja).
1.1.7.6
Investment
and technology development
Tugas
utama dari bagian ini adalah bertindak sebagai koordinator pelaksanaan
investasi peralatan. Bagian ini juga bertanggung jawab untuk menjamin
ketersediaan spare part mesin.
1.1.7.7
Utility
Bagian
utility bertanggung jawab menyediakan suplai air, listrik, jaringan komputer,
jaringan komunikasi dan alarm kebakaran di seluruh bagian. Bagian utility
juga bertanggung jawab untuk menyediakan sistem AHU untuk ruang produksi, ruang
mikrobiologi dan ruang penimbangan di gudang bahan baku.
1.1.7.8
Departemen Quality Operation (QO)
Departemen QO
merupakan bagian yang memastikan dan mengendalikan mutu
dan kualitas produk. Kegiatan QO bertujuan untuk menjamin
obat yang sampai ke tangan konsumen memiliki mutu yang baik. Mutu produk harus
dibentuk mulai dari bahan baku, proses produksi, produk jadi hingga saat
distribusi sampai Expired Date.
Secara garis besar tugas QO adalah melakukan
pemeriksaan terhadap setiap tahapan kritis untuk mengetahui secara dini
kesalahan yang terjadi dalam proses produksi obat. Pemeriksaan
tersebut dilakukan berdasarkan spesifikasi dan persyaratan dalam farmakope (kompendial)
dan standard lain. Departemen QO
terdiri atas
3
bagian yaitu:
a.
Bagian Pengendalian Mutu (QC)
Quality
control (pengendalian mutu) adalah bagian dari CPOB yang
berkaitan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian laboratorium
mengikuti prosedur standar dan resmi sesuai dengan farmakope (kompendial)
dan standard lain. Tanggung jawab QC adalah:
1.
Pemeriksaan bahan awal. Pemeriksaan bahan
awal dilakukan melalui pemeriksaan tahap I (visual dan kebenaran berdasarkan
dokumen) dan tahap II (laboratorium berdasarkan spesifikasi referensi). Bahan
yang diperiksa meliputi bahan baku untuk produksi,bahan
pengemas, beberapa bahan varia seperti alcohol, dan HCl teknis, dll.
2.
Pemeriksaan dalam proses (In Process
Control/IPC), misalnya pemeriksaan pada trial cetak, produk antara(berupa
granul atau sediaan sirup setelah mixing). Proses IPC secara fisik dilakukan
oleh departemen produksi (seperti pH, kekerasan,
berat, waktu hancur, kerapuhan, kadar air).
3.
Pemeriksaan ruahan secara lengkap sesuai
spesifikasi masing-masing produk.
4.
Pemeriksaan produk jadi meliputi inspeksi
akhir untuk kelengkapan kemasan / penandaan produk jadi.
5.
Melakukan sampling dan pemeriksaan
lingkungan
produksi seperti air, pemeriksaan ruangan (jumlah
partikel, mikroba, dll), limbah (COD, BOD).
6.
Melaksanakan validasi
metode analisa dan verifikasi metode kompendial.
7.
Mengelola sampel pertinggal
bahan baku.
8.
Melakukan pemeriksaan
sample stabilitas, dll
Bagian pengendalian mutu terdiri atas beberapa tim kerja, antara lain:
1.
Administrasi dan dokumentasi
2.
Laboratorium non instrumen (Kimia Fisika)
3.
Laboratorium instrument
4.
Laboratorium mikrobiologi
5.
Bahan baku/bahan kemas
b.
Bagian Pemastian Mutu
Quality Assurance
(QA) adalah serangkaian aktivitas untuk memberikan bukti bahwa fungsi kualitas
dijalankan dengan memadai, sehingga dapat dihasilkan produk
yang
sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Bagian Pemastian Mutu
bertanggung jawab atas :
1.
Mengkoordinasi program
validasi dan kualifikasi seperti kualifikasi alat (IQ, OQ, PQ), kualifikasi
ruangan, validasi proses produksi, validasi pengemasan (primer), validasi
pembersihan
2.
Menjalankan program
kalibrasi yang berkoordinasi dengan unit terkait untuk memastikan bahwa instrumen
yang digunakan memenuhi batas validitasnya
3.
Mengkoordinasi audit intenal dan eksternal yang
bertujuan untuk memastikan sistem mutu yang baik, mengaudit vendor bahan baku dan bahan
kemas,
audit toll out manufacturer, inspeksi rutin CPOB, audit distributor,
audit laboratorium, dll
4.
Pe-release-an produk jadi,
5.
Pengelolaan
dokumen produksi Catatan Pengolahan Bets (CPB),
misalnya mengendalikan penyimpanan,peminjaman, pemusnahan Catatan
Pengolahan Bets (CPB),
6.
Pengelolaan keluhan pelanggan
7.
Pengelolaan produk kembalian, penarikan produk,
pemusnahan produk
8.
Pengelolaan stabilitas produk on going dan long
term
9.
Pengelolaan sample per tinggal (retained sampled) produk jadi
10.
Mengkoordinasi monitoring lingkungan produksi
seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, mikrobiologi, jumlah partikel,
kebisingan, pengukuran cahaya, dll
11.
Koordinator pelaksanaan Quality Risk Management
(Pengkajian Mutu Kualitas)
12.
Pelaksanaan kajian mutu produk (Product Quality Review)
c.
Bagian Sistem Mutu
Bagian Sistem Mutu bertanggung jawab atas :
1.
Bekerja sama dengan
semua unit untuk melakukan pengendalian dokumen sistem mutu termasuk review
dokumen secara periodik.
2.
Pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program dalam peningkatan kinerja sistem terintegrasi.
3.
Melakukan pemutahiran peraturan dan pemenuhan terhadap
peraturan yang terkait dengan sistem dan operasional produksi.
4.
Mengelola pelatihan CPOB, keselamatan
dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan untuk menjamin bahwa karyawan yang
terkait dengan produk mampu melaksanakan
pekerjaannya dengan benar dan selamat.
5.
Pengendalian perubahan dan
penyimpangan bila terdapat perubahan dan yang bersifat sementara atau tetap.
6.
Mengendalikan dan memastikan semua
kegiatan bagian sesuai dengan CPOB terkini/cGMP, ISO 9001, serta manajemen
lingkungan ISO 14001 terutama dalam hal mengendalikan dampak lingkungan dari
kegiatan produksi/pemeriksaan mutu dan memastikan bahwa analis dan pelaksana
lain selalu mengikuti instruksi kerja ISO 14001 yang berlaku, termasuk Material
Safety Data Sheet (MSDS) dan OHSAS 18001.
7.
Koordinator pelaksanaan audit sistem
integrasi (sistem mutu ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001).
8.
Validasi dan Kalibrasi
Kalibrasi dan Validasi adalah merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai
dari merencanakan,
mengkoordinasi, memantau pelaksanaan hingga melaporkan kegiatan validasi,
kualifikasi serta kalibrasi alat ukur,
sehingga aktivitas yang terkait dengan produksi selalu mematuhi dan memenuhi
persyaratan yang berlaku (CPOB terkini), untuk menjamin produk yang dihasilkan
bermutu, berkhasiat dan aman.
1.1.7.9
Departemen Perencanaan dan
Pengembangan Produk (PPP)
Departemen PPP
bertugas merencanakan dan mengembangkan produk baru dengan mengadakan riset
dalam bidang teknologi formulasi hingga rancangan kemasan, menggali potensi
produk lama dengan penyempurnaan formula, penyempurnaan kemasan, standardisasi
bahan awal, produk toll in/toll out, serta dokumentasi dan
registrasi. Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan dimulai dari tahap
penelusuran ide hingga produk baru yang siap dipasarkan. Dalam perkembangan
terakhir, pengembangan produk PT. Phapros, Tbk. difokuskan pada pengembangan
produk Agromed dan me too products.
Pengembangan produk Agromed dilakukan untuk memperkuat pangsa pasar khususnya
jenis produk herbal. Produk Agromed yaitu produk obat dari bahan alam
berkualitas yang berdasarkan penelitian telah terbukti berkhasiat. Produk ini
bertujuan untuk mendukung era obat asli Indonesia dan memenuhi kebutuhan
masyarakat yang memiliki konsep back to nature dalam menjaga
kesehatannya. Sedangkan pengembangan untuk me
too products dilakukan secepat mungkin. Tujuannya agar menjadi me too products yang pertama,
dikarenakan masih memiliki pangsa pasar yang masih luas. Untuk mengembangkan
produk baru, PT. Phapros, Tbk. memerlukan waktu selama 2-3 tahun (sampai
melakukan pendaftaran).
Ide produk dapat
berasal dari bagian PPP, pemasaran (trend
pasar dan survei pasar), bagian produksi, dan bagian lain. Seluruh ide tersebut
akan dikelola oleh bagian Bussines Development. Ide yang disetujui untuk
suatu rancangan produk, ditangani oleh tim dari PPP sebagai suatu rancangan
proyek berupa formula dan dilakukan percobaan skala laboratorium (trial lab), skala pilot (pilot scale), dan skala produksi (scale up). Pada trial
lab, tim PPP harus melakukan uji stabilitas (real time dan
accelerated stability) produk selama 3-6 bulan.
Bila memenuhi persyaratan, maka dilanjutkan skala pilot dan dilakukan uji
stabilitas minimal terhadap 2 batch, untuk real time (long
term) study dilakukan selama 12 bulan dengan kondisi
penyimpanan suhu 25°C ± 2°C dan kelembaban 60% RH ± 5% RH atau pada suhu 30°C ±
2°C dan kelembaban 75% RH ± 5% RH, sedangkan untuk accelerated stability
dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi penyimpanan
suhu 40°C ± 2°C dan kelembaban 75% RH ± 5% RH. Kemudian yang dilakukan
oleh PPP adalah uji disolusi terbanding. Uji disolusi dilakukan untuk
memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus dapat sebagai pengganti
uji klinik untuk menilai bioekivalensi. Dari hasil uji tersebut, dapat
diketahui apakah calon produk memerlukan uji bioavailabilitas dan bioekivalensi
(Uji BA/BE) atau tidak. Kriteria obat yang tidak memerlukan uji BA/BE yaitu
memiliki disolusi yang cepat dan mirip, memiliki kelarutan tinggi,
permeabilitas tinggi, jendela terapi lebar, dan eksipien yang digunakan telah
diakui oleh FDA sebagai eksipien untuk immediate
release solid dosage forms. Jika tidak memenuhi
kriteria tersebut, PPP akan melakukan uji BA/BE bekerja sama dengan pihak luar.
Bila skala pilot
memenuhi persyaratan, maka dilakukan scale up untuk skala produksi.
Pengujian skala produksi seperti uji identitas, penetapan kadar (titrasi,
spektrofotometri, KCKT, TLC Scanner), uji disolusi, uji stabilitas (real
time dan accelerated stability) dilakukan oleh tim PPM untuk
menjamin mutu produk dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Untuk
produk baru yang telah melalui uji stabilitas real time dan
accelerated stability, maka pada
saat pendaftarannya akan mendapatkan expired date dari BPOM. Perhitungan
expired date didapatkan dengan cara menambahkan masa 1 tahun terhadap
uji stabilitas real time yang dilakukan oleh PT. Phapros, Tbk.
(expired date = 1 tahun + masa uji stabilitas real time).
Produk Agromed
PT. Phapros, Tbk. yang telah menjadi fitofarmaka antara lain adalah X-gra®
dan Tensigard®. Pengembangan produk agromed dilakukan dengan mengacu
pada penelitian ilmiah dan data efektivitas simplisia.
Departemen PPP
membawahi 5 bagian yaitu:
1)
Pengembangan Formulasi
Bagian ini
bertugas mulai dari studi praformulasi, penyusunan formula berdasarkan sifat
fisika kimia, dan pengembangan standar. Bila tidak ada formula standar, maka
dibuat beberapa formula alternatif. Beberapa formula terpilih dilakukan trial
dalam skala kecil untuk menentukan formula terbaik. Kemudian dilanjutkan laboratory
scale (terdapat uji stabilitas)
dan terakhir dilakukan pilot scale (1/10 ukuran batch komersial)
sebagai dasar untuk produksi full batch. Data-data yang didapatkan pada pilot
scale dapat digunakan untuk melakukan registrasi dengan ketentuan minimal
dibuat dalam 2 batch
komersial dan melampirkan data stabilitas selama 1 tahun.
2)
Technical
Support
Bagian ini
bertugas membantu Departemen Produksi dalam hal merencanakan, mengendalikan
sasaran dan anggaran, serta mengelola sumber daya yang ada di unit kerja
meliputi kegiatan pemecahan masalah yang terjadi selama produksi, transfer
proses toll manufacturing untuk
menjamin ketersediaan produk, perbaikan formulasi, dan proses untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku sesuai dengan prinsip cost effectiveness.
3)
Pengembangan Kemasan
Bagian ini bertugas menentukan komposisi
dan konsep desain kemasan sesuai dengan spesifikasi produk. Dalam menentukan
konsep kemasan, bagian ini melakukan analisa segmentasi bekerja sama dengan
bagian marketing untuk produk OTC,
sedangkan untuk produk generik dan ethical
harus mengikuti aturan dari BPOM. Konsep desain ini juga disertakan dalam
formulir registrasi. Bila registrasi telah selesai dan nomor registrasi telah
keluar, bagian pengembangan kemasan membuat desain standar kemasan.
Usulan Produk Baru
disetujui
|
Usulan Perubahan Produk
disetujui
|
Tinjauan Desain
Pengembangan Keseluruhan
|
Desain Pengembangan
Terpilih
|
Pelaksanaan Proses
Produksi Batch Awal
|
Pelaksanaan Validasi
Proses
|
Gambar 8. Alur Kerja
Departemen PPP
4)
Dokumentasi dan
Registrasi
Bagian ini
bertugas mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk registrasi produk baru untuk mendapatkan Nomor Ijin
Edar (NIE). Registrasi ulang produk yang sudah exist dilakukan setiap lima tahun sekali dan menyusun berkas
registrasi produk, mengkompilasi data teknis (data selama pengembangan produk),
dan membuat dokumen produksi meliputi PPI Olah/kemas, CPB Olah dan Kemas,
spesifikasi dan metode analisa bahan baku, bahan kemas, produk dan juga
bertanggung jawab untuk entry BOM, spec IT, Routing, item number
pada sistem MFG-Pro/QAD untuk dapat memulai
proses MRP.
5)
Pengembangan Analisa
Bagian ini
bertugas membuat spesifikasi bahan/produk, prosedur pemeriksaan tervalidasi,
dan studi stabilitas accelerated dan real time condition. Bagian ini juga
melakukan uji stabilitas laboratory scale
untuk menentukan spesifikasi standar produk dan bahan baku. Setelah dilakukan
uji stabilitas dipercepat, maka dilakukan evaluasi stabilitas formula. Hasil
pengembangan analisa inilah yang nantinya diberikan kepada Pengendalian Mutu
untuk digunakan dalam melakukan analisa.
1.1.7.10
Sistem
Unit Pengendalian Udara (Air Handling Unit)
1.
Ruang Produksi Non ß-Laktam
Sistem Air Handling Unit merupakan seperangkat
alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan
(jumlah partikel/mikroba), pola aliran udara dan jumlah pergantian udara di
ruang produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditetapkan.
PT. Phapros, Tbk. memiliki sistem AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan
3-2 untuk mendistribusikan udara dengan persyaratan tertentu sesuai dengan pedoman yang tercantum
dalam CPOB Terkini. AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan 3-2 adalah AHU yang digunakan untuk
mengatur sirkulasi udara pada ruang-ruang produksi kelas grey area dan white
area di gedung produksi non ß-Laktam. AHU 1-1, 2-1 dan 3-1 mengatur
sirkulasi udara masing-masing di lantai 1, 2 dan 3 grey area sedangkan AHU 3-2 mengatur sirkulasi udara di lantai 3 white
area gedung produksi non ß-Laktam. Skema sistem AHU dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar
9. Sistem AHU
Sebelum didistribusikan, udara
terlebih dahulu didinginkan dan dimampatkan agar dapat menghasilkan output
udara sesuai dengan spesifikasi suhu, kelembaban dan tekanan yang dikehendaki.
Pengendalian kondisi udara ruangan oleh AHU menggunakan Chilled Water System
(sistem air yang didinginkan) melalui Chiller dan pompa yang
berperan dalam proses pendinginan dan penurunan kelembaban udara. Sistem
pengaturan kelembaban (RH) belum terintegrasi ke dalam sistem pengaturan udara
meskipun proses pendinginan yang dilakukan juga dapat menurunkan kelembaban
udara tetapi penurunan kelembaban udara tersebut sebenarnya hanya merupakan
hasil sampingan dari proses sehingga dibutuhkan dehumidifier untuk
menghasilkan kondisi ruangan dengan RH yang tinggi atau rendah.
Air
(raw water) yang digunakan untuk proses pendinginan terlebih dahulu
dilunakkan untuk mengurangi kadar ion kalsium sehingga akan mencegah timbulnya
kerak. Raw water yang telah dilunakkan (soft water), dari storage tank dengan
suhu 8-15oC dipompa ke dalam chiller dan suhunya diatur
menjadi 4-8oC lalu melewati evaporator AHU sehingga suhu evaporator menjadi
lebih rendah. Proses pendinginan udara dilakukan dengan cara mengalirkan udara
panas yang berasal dari campuran udara balik (return air) dan udara luar
(fresh air) melewati kisi-kisi evaporator AHU yang bersuhu lebih rendah. Proses tersebut menyebabkan terjadinya
kontak antara udara dan permukaan kisi evaporator sehingga terjadi aliran panas
dari udara ke kisi evaporator dan akan dihasilkan udara dengan suhu yang lebih
rendah. Proses ini juga menyebabkan air yang terkandung dalam udara mengalami kondensasi
sehingga kelembaban udara akan berkurang. Evaporator dirancang agar
kisi-kisinya memiliki permukaan kontak yang luas sehingga proses penyerapan
panas dari udara berlangsung efektif. Panas yang mengalir ke dalam evaporator
kemudian dibawa oleh air yang mengalir di dalam kisi evaporator menuju chiller.
Di dalam chiller tersebut kembali akan terjadi proses pertukaran panas
dari air menuju chiller sehingga suhu air yang keluar dari chiller
akan turun dan dapat kembali dialirkan menuju evaporator untuk mendinginkan
udara.
Udara
yang telah dingin kemudian didorong oleh blower radial, yang dapat
menghasilkan gaya tekan, ke dalam saluran udara (ducting) yang membentuk
suatu rangkaian tertutup menuju ke ruang produksi. Suhu udara yang dialirkan
dijaga agar tetap rendah dengan cara melapisi permukaan luar ducting dengan
insulator yang dapat menahan penetrasi panas dari lingkungan luar saluran
udara. Udara akan dialirkan ke dalam ruangan melalui ujung-ujung saluran yang
berhubungan dengan ruangan dan akan ditarik lagi dari ruangan menuju saluran
udara melalui return grill. Debit udara yang didistribusikan ke dalam
ruangan diatur dengan mengatur ukuran saluran ducting yang menuju ke
ruangan serta dengan menempatkan dumper di setiap percabangan saluran ducting
yang menuju ruangan. Dumper digunakan untuk membagi debit udara dari
ducting utama ke ducting yang lebih kecil yang menuju ke ruangan. Di
dalam saluran udara terdapat filter-filter yang berfungsi untuk menjaga
kandungan partikel dalam udara agar memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
Pada system AHU untuk grey area menggunakan pre filter dengan efisiensi
25-35% pada fresh air, pre filter dan medium filter yang dipasang pada return
duct dan medium filter dengan efisiensi 95% yang dipasang pada supply
duct yang menuju ke ruang produksi. Pada white area, filter-filter
yang dgunakan sama seperti grey area yang ditambah dengan penggunaan
HEPA filter dengan efisiensi 99,997% pada supply duct yang menuju ruang
produksi.
Suplai udara pada sistem
AHU berasal dari dua sumber, yaitu udara balik (return air) dan udara
luar (fresh air). Pemasukan udara luar diperlukan sebagai penyeimbang
sistem. Hal ini penting untuk mengantisipasi hilangnya udara dari sistem
yang sangat dimungkinkan terutama pada
saat udara berada dalam ruang produksi karena tekanan yang dihasilkan di dalam
ruangan yang besar sedangkan konstruksi ruangan tidak dirancang kedap udara
sehingga besar kemungkinan terjadi kebocoran.
2.
Ruang Produksi ß-Laktam
Pada
ruang produksi ß-Laktam yang terdiri dari kelas grey area dan white
area, suplai udara berasal dari FCU (Fan Cooling Unit). FCU (Fan
Cooling Unit) adalah suatu rangkaian mesin yang berfungsi untuk mendapatkan
temperatur, kelembaban, pertukaran udara (air change), jumlah partikel
dan tekanan udara yang sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan terhadap
kondisi udara dalam ruang produksi non steril kelas 100.000 (grey area)
dan ruang produksi steril kelas 100 (white area). Komponen utama dari
suatu FCU adalah kompresor, kondensor, blower dan evaporator. FCU
dihubungkan dengan komponen lain seperti ducting (supply dan return),
dumper, filter dan diffuser. Pada
sistem ini terdapat indoor dan outdoor unit.
FCU
akan memproses media gas (freon) dengan tekanan tertentu sehingga bersuhu
rendah untuk dilewatkan ke dalam evaporator. Freon terletak di sepanjang indoor
dan outdoor unit. Di dalam outdoor unit terdapat kondensor dan
udara panas dilepas keluar. Di dalam indoor unit terdapat evaporator,
udara yang dilewatkan evaporator akan mengalami proses pelepasan panas (kalor)
sehingga suhunya turun. Kandungan air (RH) juga akan mengalami penurunan akibat
adanya perbedaan suhu pada kisi-kisi evaporator sehingga uap air di udara akan
terkondensasi. Air hasil kondensasi selanjutnya dibuang lewat saluran drain.
Udara
yang telah terkondisi didistribusikan/disalurkan ke ruang-ruang produksi
melalui ducting supply. Udara
yang disirkulasikan ke ruang produksi berasal dari udara luar (fresh air)
dan udara balik (return air). Fresh air diperlukan dalam sistem
ini sebagai penyeimbang karena dalam prosesnya ada sebagian udara yang hilang (losses).
1.1.7.11
Sistem Pengolahan Air (Water System)
Air
merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP. Hal tersebut
disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar terutama untuk
produk sirup, injeksi, salep, cairan infus dan lain-lain. Bila tercemar, akan
beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien). Tujuan dari sistem pengolahan air
adalah menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas air yang telah
ditetapkan. Kualitas air yang digunakan untuk produksi tergantung dari
persyaratan air yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni (purified water) atau air untuk injeksi (water for injection). Standar air yang digunakan untuk produksi sesuai dengan
persyaratan CPOB Terkini 2006, seperti yang
dapat dilihat pada Tabel I.
Secara umum, suplai air di PT. Phapros, Tbk. dibagi menjadi dua, yaitu
untuk bagian produksi dan non produksi. Air yang digunakan untuk bagian non
produksi adalah raw water yang tidak
mengalami proses pretreatment
terlebih dahulu. Sedangkan air yang digunakan untuk produksi, terlebih dahulu
dilakukan pretreatment dan pengolahan
lebih lanjut. Tahap pretreatment dan
pengolahan air untuk produksi bertujuan untuk mendapatkan air yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan sebagai air produksi.
Tabel 1. Persyaratan air yang digunakan untuk produksi
|
Purified water
|
Highly purified water
|
Water for injection
|
Eur. Pharm. + USP
|
Eur. Pharm
|
Eur. Pharm
|
USP
|
Conductiviy at 25oC
|
≤ 1.3 μS/cm
|
≤ 1.3 μS/cm
|
≤ 1.3 μS/cm
|
Heavy metals
|
-
|
0.1 ppm
|
0.1 ppm
|
-
|
Nitrate
|
-
|
0.2 ppm
|
0.1 ppm
|
-
|
Total Organic Carbon
|
< 500 ppb
|
< 500 ppb
|
< 500 ppb
|
Microbial limit
|
< 100 cfu/mL
|
< 10 cfu/mL
|
< 10 cfu/mL
|
Endotoxins
|
-
|
< 0.25 Eu/mL
|
< 0.25 Eu/mL
|
Sumber air yang digunakan oleh PT. Phapros, Tbk. berasal dari sumur artesis yang ditampung dalam storage tank. Air yang
berasal dari sumur artesis ini (raw water), memiliki tingkat kesadahan (hardness) yang
cukup tinggi. Air yang digunakan untuk produksi
harus memenuhi persyaratan tingkat kesadahan yang rendah. Proses pretreatment bertujuan untuk menurunkan kesadahan air dari 20-25
odH menjadi 0
odH.
Raw water
dari deep
well, diinjeksi dengan Chlorine
sebelum memasuki raw water tank bertujuan untuk membunuh bakteri. Setelah itu dialirkan menuju multimedia
filter, untuk menangkap partikel berukuran besar, kotoran lain sehingga
dihasilkan raw water yang jernih. Selanjutnya raw
water dimasukkan water softener ke kolom resin anionik,
berfungsi mengikat kation Ca2+ dan Mg2+.
Dihasilkan softened
water dengan hardness 0 °dH.
Softened
water diinjeksi dengan Antiscalant untuk mencegah timbulnya
endapan atau kerak; ditampung ke dalam filtered
water tank. Menggunakan feed water
pump, softened water dinjeksi Sodium metabisulphite untuk menetralisir kandungan Chlorine sebelum
memasuki cartridge filter berukuran 5mm.
Chlorine dapat menyebabkan kerusakan membran RO (Reverse Osmosis).
Gambar 10. Skema Proses Purified
Water untuk Produksi
Feed
water (softened water yang sudah
dinetralisir kandungan Chlorine-nya) dilewatkan membrane RO1 untuk menghasilkan
permeate yang akan ditampung ke dalam
Break tank sebagai feed water Osmotron (RO2). Osmotron
menghasilkan purified water dengan proses softening, RO dan Electro-Deionization (EDI). Purified water yang
dihasilkan ditampung ke dalam purified
water tank dan selanjutnya disirkulasi kontinyu selama 24 jam dengan Loopo
(main loop system). RO1, Osmotron dan Loopo merupakan sistem yang
terintegrasi. Loopo mensuplai kebutuhan purified
water untuk produksi dengan parameter
yang selalu termonitor. Purified water yang diperoleh digunakan untuk
feed water WFI dan produksi non steril (cuci
akhir container, produksi sirup, salep,
tablet dan coating).
Purified water didestilasi menggunakan alat Finn Aqua 75 (kecepatan 75
L/jam) dan mengalami destilasi 4 tingkat. Air yang masuk, diuapkan,
kemudian dikondensasi
dan dipanaskan lagi pada kolom berikutnya. Proses ini diulang
sampai 4 kali dan menghasilkan Water For Injection yang dapat digunakan
untuk produk parenteral karena bebas bakteri dan pirogen.
1.1.7.12
Penanganan
Limbah
PT. Phapros Tbk. melakukan proses pengolahan terlebih dahulu terhadap semua
limbah yang dihasilkan. Penanganan limbah ini dilaksanakan oleh unit pengolahan
limbah yang berada pada bagian Pelayanan Umum dan Rumah Tangga, di bawah
departemen SDM. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi tidak boleh menjadi
cemaran bagi lingkungan sekitar pabrik apalagi bagi penduduk sekitarnya. Secara
umum pengolahan limbah di PT. Phapros Tbk. telah memenuhi standar manajemen
mutu lingkungan yang terbukti dengan diperolehnya sertifikat ISO 14001 tentang
Sistem Manajemen Lingkungan dan adanya kebijakan mutu dan lingkungan di
perusahaan ini.
Jenis limbah yang ada di PT. Phapros Tbk. digolongkan menjadi dua yaitu
limbah padat yang terdiri dari limbah padat B3 dan non B3
serta limbah cair yang terdiri dari limbah cair produksi (non β-Laktam,
β-Laktam, laboratorium) dan limbah cair non produksi
(kantin, laundry, limbah cair eks
sanitasi).
1)
Limbah
Padat
a.
Limbah
padat B3
Menurut PP 18 Tahun 1999 tenteng pengelolaan limbah B3, limbah B3
bersifat reaktif, beracun, korosif, mudah meledak, mudah terbakar, dan
menyebabkan infeksi. Sumber limbah padat B3 di PT. Phapros Tbk.
berasal dari rejected product pada
proses produksi, produk pengembalian, sisa sampel pertinggal, kemasan primer
bahan baku, lumpur IPAL, bahan baku rejected,
dan perlengkapan administrasi yang mengandung bahan B3. Limbah
tersebut dimusnahkan di PPLI-Cileungsi, Bogor.
b.
Limbah
padat non B3
Sumber limbah padat non B3 di PT. Phapros Tbk. adalah administrasi perkantoran,
kantin, kemasan sekunder bahan baku, dan kemasan primer yang telah bersih.
Limbah untuk barang yang mempunyai nilai jual dan bebas bahan pencemar dijual
ke pihak III sedangkan untuk barang-barang yang tidak mempunyai nilai jual
dibuang ke TPA.
2)
Limbah Cair
Karekteristik limbah cair adalah bila nilai COD ≥ 700 mg/L dan nilai BOD ≥
400 mg/L. Limbah tersebut akan mengalami pengolahan sebelum masuk ke saluran
pembuangan umum, dengan batas maksimum kadar COD dan BOD sebesar: COD 150 mg/L dan BOD 75 mg/L, serta TSS sebesar 75 mg/L dan
pH 6-9. Limbah cair terdiri dari :
a. Limbah
cair produksi. Limbah ini
berasal dari unit produksi β-Laktam dan non β-Laktam,
agromed, QC/QA dan R&D.
b. Limbah
cair non produksi. Limbah ini
berasal dari unit kantin, laundry,
perkantoran dan gudang produk jadi.
Limbah cair yang berasal dari unit produksi β-Laktam
diolah di IPAL I dengan metode hidrolisa basa dan selanjutnya diolah di IPAL
II. Limbah cair yang berasal dari unit produksi non β-Laktam
diolah di IPAL II seperti juga untuk limbah cair yang berasal dari limbah non
produksi.
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Phapros Tbk. diolah melalui dua jalur
pengolahan, yaitu:
1)
Proses
pengolahan limbah cair IPAL I
Inlet IPAL I berasal dari sanitasi peralatan produksi dan gedung β-Laktam,
water scrubber dust collector, laundry
pakaian dan sisa proses. Tahapan proses IPAL I, seperti pada Gambar 11, adalah
sebagai berikut :
a.
Bak penampungan awal (ekualisasi). Pada bagian ini, limbah yang berasal dari ruang
produksi, sanitasi ruangan produksi, bekas cucian mesin produksi, dari dust collector (water scrubber unit), dan limbah padat yang berasal dari product out off spec dalam jumlah
sedikit, padatan dari dust collector,
serta limbah yang berasal dari pemeriksaan produk-produk β-Laktam
ditampung dalam satu tempat. Kapasitas bak penampungan awal adalah 15 m3.
b.
Bak hidrolisa. Limbah cair dari bak penampungan awal dialirkan ke dalam bak hidrolisa.
Kapasitas bak hidrolisa adalah 5 m3. Sebelum proses dimulai, dilakukan
pemeriksaan pH awal terlebih dahulu. Setelah limbah yang dialirkan ke dalam bak
hidrolisa sesuai dengan kapasitasnya, ditambahkan NaOH hingga tercapai pH 11,5.
Tujuannya adalah untuk memecahkan cincin β-Laktam
yang terdapat dalam limbah. Untuk meningkatkan proses homogenisasi NaOH,
dilakukan pengadukan selama ± 4 jam dengan kecepatan pengadukan 17 rpm.
c.
Bak penetralan (bak netralisasi). Pada tahap ini dilakukan proses netralisasi limbah yang
telah mengalami hidrolisa basa tinggi dengan menggunakan larutan HCl teknis
sampai dicapai pH 6-8. Proses netralisasi dibantu dengan pengadukan selama ± 1
jam dengan kecepatan pengadukan 17 rpm. Tujuan netralisasi adalah untuk
menetralkan air sehingga tidak mematikan organisme yang dilaluinya atau yang
membantu pengolahan di IPAL II.
d.
Bak sedimentasi. Limbah yang telah dinetralisasi dialirkan menuju
bak sedimentasi. Pada tahap ini, terjadi proses pengendapan secara gravitasi
terhadap hasil netralisasi. Proses pengendapan berlangsung selama ± 12 jam.
Lumpur hasil pengendapan yang terbentuk kemudian dikeluarkan dan ditampung
dalam bak drying bed untuk
dikeringkan. Setelah kering, limbah ini akan dikumpulkan bersama limbah padat
golongan B3 lainnya untuk dikirim ke tempat pembuangan limbah industri di
PPLI-Cileungsi, Bogor.
e.
Bak sand filter. Limbah cair
dari bak sedimentasi dialirkan menuju bak ini. Pada bak ini terjadi proses
filtrasi limbah cair bak sedimentasi dengan beberapa janis saringan, yaitu
coral batu kali, ijuk, dan arang. Bak sand
filter diganti setiap 1- 2 bulan. Umumnya yang diganti adalah arang, pasir,
dan ijuk, sedangkan pada koral dilakukan pencucian. Setelah melalui tahap ini,
limbah cair akan dialirkan menuju bak produksi. Dari bak produksi, limbah akan
dialirkan menuju pengolahan IPAL II (Gambar 12).
Gambar 11. Pengolahan Limbah Cair IPAL I
2)
Proses
pengolahan limbah cair IPAL II
Tahapan limbah
cair pada proses pengolahan limbah cair IPAL II adalah :
a.
Bak penampungan awal. Pada tahap ini, limbah dari bagian produksi dan non
produksi ditampung. Selain itu dilakukan juga proses pengendapan
partikel-partikel yang berukuran besar. Pada bak ini terdapat sekat-sekat yang
menyebabkan partikel berukuran besar akan mengendap di ruang antara sekat.
b.
Bak ekualisasi. Limbah yang telah diendapkan dari bak penampungan
awal kemudian mengalir ke bak ini. Pada bak ini terjadi proses homogenasi
limbah baik secara kualitatif maupun kuantitatif terhadap limbah yang berasal
dari bak produksi, bak non produksi, dan bak PM. Pada bak ekualisasi diberi
aerasi untuk mencegah timbulnya bau.
c.
Bak rapid mix. Selanjutnya, limbah akan mengalir menuju bak rapid mix. Bak ini terletak lebih tinggi
dari bak ekualisasi, sehingga limbah harus dipompa ke atas. Pada bak ini,
terjadi proses koagulasi limbah. Koagulasi bahan pencemar yang ada pada limbah
cair dilakukan dengan menggunakan larutan PAC (Poly Aluminium Chloride) dengan takaran 2 ml per liter limbah.
Kecepatan pengadukan pada bak ini adalah 312 rpm.
d.
Bak slow mix. Dari bak rapid
mix, limbah akan dialirkan ke bak slow
mix. Pada bagian ini, terjdai proses flokulasi limbah dengan menggunakan
larutan super flok (dosis 4 ml, larutan super flok per liter limbah). Kecepatan
pengadukan pada bak ini adalah sebesar 17 rpm.
e.
Bak sedimentasi I. Limbah yang telah mengalami flokulasi kemudian
dialirkan menuju bak sedimentasi. Pada
bak ini, akan terjadi pemisahan antara flokulat limbah dan air limbah. Flokulat
yang mengendap akan dialirkan menuju bak drying
bed untuk proses pengeringan. Sedangkan air limbah akan dialirkan menuju
bak selanjutnya.
f.
Bak aerasi.
Pada bagian ini, terjadi proses aerasi untuk menambah suplai oksigen pada air
limbah. Aerator yang digunakan adalah aerator tipe kontak dengan kapasitas 8
pK. Rata-rata dissolved oxygen
sebesar 2 mg/Liter.
g.
Bak sedimentasi II. Pada tahap ini, terjadi proses sedimentasi terhadap
hasil degradasi bahan organik secara biologi yang berlangsung di bak aerasi.
h.
Bak rapid filter. Selanjutnya, limbah
dialirkan menuju bak rapid filter.
Pada tahap ini, terjadi proses filtrasi limbah dengan menggunakan batuan koral
atau kerikil, ijuk dan pasir. Bahan ini juga digunakan sebagai media pelekatan
bakteri fakultatif anaerob yang membantu proses pengolahan utama.
i.
Bak sand filter. Setelah melalui bak rapid filter, kemudian limbah cair
dialirkan menuju bak sand filter.
Pada tahap ini, terjadi proses filtrasi terhadap partikel-partikel hasil
degradasi bahan organik yang berukuran sangat kecil dan juga mikroorganisme
lain yang terbawa aliran dengan tujuan agar diperoleh kualitas effluent yang lebih baik. Setelah
melalui bak sand filter, air limbah
ini kemudian ditambah dengan zat anti busa. Setelah itu air limbah dapat
dibuang ke lingkungan.
Gambar 12. Pengolahan Limbah Cair IPAL II
Dalam pengolahan
limbah, PT. Phapros Tbk. tidak menggunakan bioindikator dikarenakan
permasalahan efisiensi mengingat bioindikator yang digunakan dalam pengolahan
limbah harus memenuhi persyaratan seperti : umur harus seragam, harus berasal
dari satu induk, penggantian bioindikator dilakukan tiap tiga bulan untuk
menghindari adaptasi terhadap lingkungan. Pengujian-pengujian yang ketat
dilakukan untuk menjamin output
pengolahan limbah tetap memenuhi persyaratan. Pengujian ini berupa pemeriksaan
terhadap limbah baik di IPAL I dan IPAL II. Pada IPAL I pemeriksaan dilakukan
pada tahap ekualisasi, sesudah hidrolisa, sesudah netralisasi, dan sesudah
filtrasi. Pada IPAL II pemeriksaan hanya dilakukan pada titik terakhir
pengolahan limbah, yaitu output
limbah.
Permasalahan dalam pengolahan limbah PT. Phapros Tbk. adalah bau limbah
yang masih sering dijumpai terutama pada hari Senin karena proses pengolahan
limbah pada hari Minggu tidak berjalan. Penutupan bak pengolahan limbah untuk
mengurangi bau dirasakan kurang efektif, karena dengan menutup bak, maka proses
penguraian limbah secara anaerob akan meningkat. Gas-gas hasil penguraian limbah
ini harus dikeluarkan melalui cerobong gas, sehingga akan membutuhkan
pengeluaran biaya yang lebih banyak. Untuk mengatasi masalah ini PT. Phapros,
Tbk. telah membuat rencana yaitu menanam tanaman Lidah Mertua untuk menyerap
bau dan radiasi. Selain itu sudah dilakukan penelitian skala laboratorium
mengenai pengolahan limbah dengan biodegradator. Namun hal ini masih belum
dapat diterapkan karena saluran limbah produksi dan air hujan masih menjadi
satu, sehingga volume limbah bertambah (overload), dan kondisi ini akan
mengganggu proses degradasi limbah. Program jangka panjang untuk mengatasi
permasalahan ini adalah dengan memisahkan saluran limbah dengan air hujan.
1.2
Tinjauan Teori Proyek
1.2.1.
Sterilisasi
Tujuan sterilisasi
produk medis adalah untuk memastikan bahwa produk yang akan diberikan kepada
pasien benar-benar steril. steril didefinisikan sebagai keadaan dimana tidak
terdapat mikroorganisme didalam produk. Produk farmasi yang steril adalah
injeksi, infus, obat mata, dan beberapa obat yang digunakan pada pasien immuno-compromised.
1.2.2.
Metode
sterilisasi
Terlepas dari agen atau
proses sterilisasi yang akan digunakan, ada hal-hal yang harus dipahami dalam
memilih metode yang akan digunakan. Alasan utama dalam pemilihan metode
sterilisasi tergantung dari sifat produk. Jika produk tidak tahan panas, maka
sebaiknya produk disterilkan dengan cara difiltrasi atau dengan menggunakan
metode bioburden yang dapat menjamin sterilitas produk tanpa mempengaruhi
stabilitas, integritas dan keefektifan produk.
Terdapat beberapa
pilihan metode sterilisasi yang dapat digunakan, yaitu sterilisasi uap panas,
gas, radiasi ionisasi, panas kering dan sterilisasi menggunakan filtrasi.
a.
Sterilisasi Uap Panas
Sterilisasi
uap panas menggunakan uap jenuh yang bertekanan dalam autoclave. Ini adalah metode yang paling umum digunakan dalam
industri farmasi karena dapat diprediksi efek kehancuran bakteri dan parameter
sterilisasinya yaitu waktu dan temperature mudah dikontrol dan dimonitor.
Umumnya sterilisasi panas basah menggunakan suhu 121ºC dengan tekanan 15 psig.
b.
Sterilisasi Panas
Kering
Sterilisasi
panas kering umumnya digunakan untuk sterilisasi bahan melalui proses
pembakaran mikroorganisme. Proses ini menggunakan oven dengan suhu sterilisasi
170º C dan suhu depirogenasi 250º C, karena menggunakan suhu tinggi maka metode
ini tidak untuk sterilisasi bahan yang terbuat dari plastik. Panas kering
digunakan untuk sterilisasi / depirogenasi alat-alat gelas yang akan digunakan
untuk proses aseptis.
c.
Sterilisasi Gas
Gas
yang paling umum digunakan pada sterilisasi gas adalah gas ethylene oxide baik dalam bentuk murni atau kombinasi dengan gas
inert. Gas sangat fluktuatif dan mudah terbakar, karena gas merupakan agen
alkil yang terbukti dapat mengahancurkan mikroorganisme termasuk spora dan sel
vegetatif. Sterilisasi ini dilakukan dalam chamber bertekanan dan digunakan
untuk sterilisasi alat-alat medis serta pipet sekali pakai dan cawan Petri yang
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu ethylene oxide adalah bahan beracun yang perlu dihilangkan dari
bahan yang disterilkan dengan cara degassing.
Personel yang melakukan sterilisasi gas wajib menggunakan APD agar tidak
terkena dampak efek berbaya dari residu ethylene
oxide. Faktor-faktor yang terlibat dalam sterilisasi gas yaitu kelembaban, konsentrai
gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber sterilisasi.
d.
Sterilisasi radiasi
ionisasi
Prinsip
kerja sterilisasi radiasi ionasi dalam membunuh mikroorganisme adalah dengan
mempengaruhi asam nukleat mikroorganisme secara irreversible dengan terbentuknya senyawa redikal bebas dan
peroksida. Ada dua jenis radiasi ionisasi yang dapat digunakan yaitu radiasi
gama dan radiasi berkas electron. Metode ini digunakan pada peralatan medis
yang tidak tahan panas atau ketika sterilisasi gas tidak dapat digunakan.
e.
Sterilisasi filtrasi
Sterilisasi
filtrasi berbeda dengan sterilisasi lainnya karenapada metode ini
mikroorganisme dihilangkan dengan cara penyaringan (filtrasi) dan tidak
menghancurkan mikroorganisme. Penghancuran secara fisik pada mikroorganisme
bergantung pada ukuran pori-pori filter yang digunakan dapat dilalui
mikroorganisme atau tidak. Metode ini digunakan untuk cairan yang dapat
disaring atau pada cairan yang bersifat thermolabil dan tidak dapat disterilkan
dengan metode lain. Parameter yang perlu dikendalikan pada metode ini adalah
tekanan, laju alir dan karakteristik filter.ukuran pori-pori filter untuk
sterilisasi filter yaitu 0,2 mm atau kurang dari 0,2 mm dan terbuat dari bahan
seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, fluorokarbonat dan lain-lain
(Agalloco, 2008).
1.2.3.
Depirogenasi
Panas Kering
Depirogenasi
merupakan bagian yang penting pada proses pembuatan produk farmasi dan berbeda
dari sterilisasi. Sterilisasi mengacu pada penghancuran sel-sel hidup, padahal
pada proses steriliasi tidak semua jasad renik atau racun mikroba dapat hancur.
Endotoksin adalah salah satu racun yang tahan panas dan tidak hancur oleh
sterilisasi yang umum dilakukan (autoklaf).
Depirogenasi
dilakukan pada alat kaca (vial atau ampul) yang digunakan untuk produk
parenteral. Depirogenasi menggunakan panas kering paling sering digunakan pada
industri farmasi untuk menghancurkan endotoksin, karena panas kering dapat
mensterilkan alat sekaligus mendepirogenasi alat. Panas kering membutuhkan
temperatur tinggi (biasanya antara 180º C sampai 250 º C) dengan waktu
sterilisasi yang berbanding terbalik dengan suhu, yaitu semakin tinggi suhu
maka waktu sterilisasi semakin pendek. Suhu yang biasanya digunakan adalah 250 º
C dengan waktu sterilisasi selama 30 menit (Sandle, 2011).
Referensi :
DAFTAR PUSTAKA
Agalloco,
J dan Frederick J. Carleton. 2008. Validation
of Pharmaceutical Process Third Edition. New York : Informa Healthcare.
Sandler,
T., A Practical Approach to Depyrogenation Studies Using Bacterial Endotoxin. Journal of GXP Compliance. 15 (4):
90-96, 2011.