BAB II
METODOLOGI
PENELITIAN
2.1
Judul
Proyek
Judul
penelitian ini adalah Optimasi Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650 di Ruang
Produksi ISS PT. Phapros, Tbk.
2.2
Waktu
dan Pelaksanaan Proyek
Proyek
ini dikerjakan pada saat melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT.
Phapros Tbk. Semarang pada periode tanggal 5 Oktober sampai dengan tanggal 11 November
2015.
2.3
Alat
dan Bahan
1. Data
kapasitas dan siklus kerja Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650.
2. Data
log book Mesin Sterilisasi HAS Lytzen
1650.
3. IK
pengoperasian Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650.
2.4
Pengumpulan
Data
1. Melakukan
observasi dan pengamatan langsung cara pengoperasian Mesin Sterilisasi HAS
Lytzen 1650.
2. Melakukan
wawancara melalui proses tanya jawab kepada petugas operator tentang kapasitas
dan siklus kerja Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650 di PT. Phapros Tbk.
2.5
Analisa
Data
Analisa
data dilakukan dengan mengumpulkan data prinsip kerja mesin, produk-produk yang disterilkan, log book, kapasitas dan siklus kerja mesin. Data-data tersebut
didapatkan dari observasi dan wawancara dengan operator Mesin Sterilisasi HAS
Lytzen 1650 di PT. Phapros Tbk.
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISA
Judul
proyek yang dikerjakan di PT. Phapros, Tbk. adalah Optimasi Mesin Sterilisasi
HAS Lytzen 1650 di Ruang Produksi ISS PT. Pharpos, Tbk. Tujuan pembuatan
optimasi ini adalah untuk mengoptimalkan waktu kerja dari mesin sterilisasi
tersebut sehingga hasil produk yang dapat disterilkan bisa meningkat jumlahnya.
Data-data yang perlu dikumpulkan yaitu data kapasitas mesin, dan jadwal kerja mesin.
Data-data tersebut didapat dari hasil wawancara dengan petugas operator mesin
dan berdasarkan log book mesin.
Beberapa
hal penting yang perlu dipahami dalam ruang lingkup optimasi Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650
antara lain:
1.
Prinsip
kerja dan Kegunaan Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650.
Prinsip
kerja Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650 yaitu mengalirkan udara panas yang
berasal dari heating element secara
kontinyu ke seluruh bagian dalam mesin sterilisasi (chamber). Aliran udara
berasal dari udara dari luar mesin yang ditarik masuk ke prefilter menuju ke HEPA filter, dengan menggunakan blower udara
melewati heating element dan menjadi
udara panas.
Proses
sterilisasi dimulai dari fase pengeringan (drying-phase) yaitu fase
menghilangkan air dan kelembaban dari chamber, kemudian fase heating yaitu fase
saat temperatur mulai naik hingga mencapai suhu sterilisasi yang diinginkan.
Fase selanjutnya yaitu fase sterilisasi (sterilizing-phase). Fase terakhir
yaitu fase pendinginan (cooling-phase).
Dalam
satu siklus sterilisasi, mesin ini dapat menampung hingga 225 tray ampul /
vial. Untuk gambar pengaturan tray pada mesin dapat dilihat pada Lampiran 1 dan
Lampiran 2. Mesin Sterilisasi
HAS Lytzen 1650 adalah mesin sterilisasi yang digunakan untuk mensterilkan
alat-alat seperti ampul, vial, aspirator, dan alat-alat gelas lainnya.
2.
Optimasi
Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650
Di
unit produksi ISS terdapat dua macam alat sterilisasi, yaitu alat sterilisasi
panas basah dan panas kering. Mesin sterilisasi panas basah yang digunakan
adalah mesin Autoclave, dan mesin sterilisasi panas kering yang digunakan
adalah Mesin Sterilisasi
HAS Lytzen 1650. Mesin Autoclave E-Chung digunakan untuk mensterilkan dosing
disk, rubber stopper, cap, pakaian, untuk vakum dan sterilisasi produk yang
membutuhkan sterilisasi akhir.
Sebelum
dilakukan proses optimasi, Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650 bekerja sebanyak
tiga kali dalam sehari dan hanya dapat menyuplai kebutuhan 2 mesin (mesin
Macofar dan Shunyi Vial), sehingga salah satu mesin (Shunyi Ampul) harus
berhenti beroperasi (idle). Dengan adanya mesin yang berhenti beroperasi (idle)
dapat memperpanjang waktu produksi dan tertundanya perilisan produk ke pasaran.
Dalam
satu hari proses produksi, mesin yang bekerja adalah mesin Shunyi Vial dan Macofar.
Kedua mesin tersebut membutuhkan peralatan yang perlu disterilkan seperti
aspirator, vial, erlenmeyer, sendok dan beaker glass. Aspirator yang dibutuhkan
sebanyak satu aspirator tiap mesin. Vial yang dibutuhkan sebanyak 210 tray vial
untuk mesin Shunyi Vial dan 280 tray vial untuk mesin Macofar. Berikut ini
adalah tabel data siklus dan kapasitas mesin sebelum optimasi :
Tabel
2. Data Siklus Dan Kapasitas Mesin Sebelum Optimasi
Siklus
|
Waktu
|
Kapasitas
|
siklus 1
|
21.00-02.00
|
150 tray vial; 1
Aspirator; 75 SHV; alat gelas dan sendok
|
siklus 2
|
08.00-13.00
|
90 vial tray; 1
Aspirator; 135 tray SHV
|
siklus 3
|
14.00-19.00
|
50 tray vial
|
Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat pada siklus 1 dan siklus 2 terdapat jeda waktu yang cukup
panjang yang seharusnya dapat digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang
dibutuhkan mesin lain yaitu mesin Shunyi Ampul. Setelah dilakukan optimasi
jumlah alat yang disterilkan bertambah sebanyak 210 tray ampul untuk mesin
Shunyi Ampul, sehingga dengan dilakukan optimasi pada mesin sterilisasi HAS
Lytzen 1650 ketiga mesin produksi ampul dan vial dapat beroperasi semuanya. Berikut
ini adalah tabel data siklus dan kapasitas mesin setelah optimasi:
Tabel
3. Data Siklus Dan Kapasitas Mesin Setelah Optimasi
Siklus
|
Waktu
|
Kapasitas
|
siklus 1
|
15.00-20.00
|
225 tray vial
|
siklus 2
|
21.00-02.00
|
55 tray vial; 1
aspirator; 170 tray vial SHV
|
siklus 3
|
03.00-08.00
|
40 tray vial SHV; 1
aspirator; 175 tray ampul SHA; alat gelas dan sendok
|
siklus 4
|
09.00-14.00
|
35 tray ampul SHA
|
Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat bahwa dengan penambahan satu siklus pada jam 03.00-08.00
dapat meningkatkan jumlah ampul dan vial yang disterilkan. Jumlah ampul dan
vial yang disterilkan menjadi 700 tray.
3.
Masalah
yang muncul dan solusinya
Setelah dilakukan
optimasi pada mesin Lytzen dimungkinkan ada masalah yang dapat mengganggu
jalannya proses sterilisasi. Jika terjadi masalah maka harus bisa diatasi
dengan tindakan yang tepat dan benar. Beberapa masalah yang mungkin terjadi dan
cara mengatasinya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Masalah yang Muncul dan Solusinya
No
|
Masalah
|
Solusi
|
1.
|
Tingkat ketahanan heater dan sambungan listrik (terminal)
dalam mesin sterilisasi HAS Lytzen 1650 yang beroperasi 20 jam/hari belum
diketahui
|
Lakukan trial untuk
mengetahui ketahanan heater dan sambungan listrik (terminal).
Setelah mengetahui
ketahanan heater dan terminal maka perlu dibuat jadwal preventif maintenance pada heater dan terminal secara berkala.
|
2.
|
Terbatasnya kapasitas LAF diruang white area. LAF adalah alat penyimpan vial dan ampul yang sudah
disterilkan.
|
Ampul dan vial yang disterilkan diletakkan
sedemikian rupa agar muat dalam LAF.
Jika masih tetap tidak cukup, maka perlu
dipertimbangkan untuk penambahan alat LAF.
|
3.
|
Jam kerja karyawan belum optimal.
|
Diberlakukan 3 shift kerja, yaitu pagi (jam
07.00-16.00), siang (14.00-23.00) dan malam (09.00-06.00).
|
BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
1. Optimasi
Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650 telah dikerjakan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan di unit Produksi ISS PT. Phapros Tbk. dan dibuat sesuai dengan hasil
observasi, wawancara dengan operator dan data log book Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650.
2. Kinerja
Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650 dapat dioptimalkan dengan penambahan satu
siklus sterilisasi yaitu pada jam 03.00-08.00, sehingga hasil produk yang disterilkan
bisa meningkat jumlahnya dan ketiga mesin filling
yaitu Macofar, Shunyi Vial dan Shunyi Ampul dapat beroperasi bersamaan.
4.2.
Saran
1. Hasil
optimasi mesin HAS Lytzen 1650 perlu disosialisasikan atau ditrainingkan kepada
pihak yang berhubungan langsung dengan proses sterilisasi (operator dan
supervisor) agar dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
2. Perlu
dilakukan Performance Qualification pada
Mesin Sterilisasi HAS Lytzen 1650 dengan pengaturan loading tray yang baru.
3. Perlu
dilakukan trial untuk mengetahui ketahanan heater dan sambungan listrik (terminal)
dengan adanya penambahan siklus sterilisasi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Agalloco,
J dan Frederick J. Carleton. 2008. Validation
of Pharmaceutical Process Third Edition. New York : Informa Healthcare.
Sandler,
T., A Practical Approach to Depyrogenation Studies Using Bacterial Endotoxin. Journal of GXP Compliance. 15 (4):
90-96, 2011.
No comments:
Post a Comment