Powered By Blogger

Monday, November 1, 2021

Azithromycin, Antibiotik yang digunakan untuk terapi covid

Azithromycin merupakan antibiotik golongan makrolida yang memiliki mekanisme kerja dengan mengikat subunit ribosom 50S pada mikroorganisme yang peka sehingga akan mengganggu sintesa protein dari mikroba. Azithromycin tidak mempengaruhi sintesa asam nukleat.


Azithromycin menunjukkan aktivitas in vitro terhadap bakteri gram positif aerob (Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenas, Streptococcus pneumoniae, alpha-haemolytic streptococci,  serta Corynebacterium diphtheriae); bakteri gram negatif aerob (Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Moraxella catarrhalis, Legionella pneumophila, Bordetella parapertussis, Plesiomonas shigelloides. Aktivitas terhadap Escherichia coli, Salmonella enteritidis, Salmonella typhi, spesies Enterobacter, Aeromonas hydrophila dan spesies Klebsiella bervariasi harus dilakukan tes kepekaan. Spesies Proteus, spesies Serratia, spesies Morganella dan Pseumonas aeruginosa umumnya resisten.Bakteri anaerob Bacteroides fragilis dan spesies Bacteroides, Clostridium perfringens, spesies Peptococcus, spesies Peptostreptococcus, Fusobacterium necrophorum dan Propionibacterium acnes. Azithromycin aktif terhadap organismes penyakit menular seksual seperti  Chlamydia trachomatis dan juga menunjukkan aktivitas yang baik terhadap  Treponema pallidum, Neisseria gonorrhoeae,  dan Haemophilus ducreyl.

Azithromycin diindikasikan untuk pengobatan infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain mikroorganisme yang peka pada beberapakondisi spesifik di bawah ini :

  • Infeksi saluran napas bagian bawah, Ekstraserbasi bakteri akut pada penyakit paru obstruktif kronis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae,Moraxella catarrhis atau Streptococcus pneumoniae
  • Infeksi saluran napas bagian atas, Sebagai alternatif terapi lini pertama pada faringitis akut/tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes yang terjadi pada pasien yang tidak dapat menggunakan terapi lini pertama.
  • Infeksi kulit dan jaringan lunak tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococccus pyogenes, atau Streptococcus agalactiae.
  • Penyakit menular seksual. Non-gonococcal uretritis dan servisitis yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Azithromycin sesuai dosis rekomendasi, tidak seharusnya dijadikan acuan untuk mengobatin gonore atau sifilis. Pengobatan dosis tinggi antimikroba dalam waktu singkat untuk Non-gonococcal uretritis dapat menutupi atau menunda munculnya gejala perkembangan gonore atau sifilis.


Pada pandemi covid-19 Azithromycin termasuk obat yang digunakan dalam terapi penanganan Covid-19.

Azithromycin telah menunjukkan sifat antivrus yang signifikan pada virus pernapasan, hal ini ditunjukkan pada penelitian acak pada bayi. Sebagai catatan efek antivirus ini juga ditemukan Azithromycin pada virus SARS-COV-2. Mekanisme efek antivirus Azithromycin mendukung aktivitas antivirus spektrum besar. Azithromycin tampaknya mengurangi masuknya virus ke dalam sel. serta dapat meningkatkan respon imun terhadap virus dengan beberapa tindakan. Azithromycin meningkatkan regulasi interferon tipe I dan III dan gen yang terlibat dalam pengenalan virus seperti MDA5 dan RIG-I. Mekanisme ini secara universal terlibat dalam respons bawaan terhadap agen infeksi dan berpotensi melawan SARS cov-2.

Dalam terapi Covid-19 dosis Azithromycin umumnya untuk terapi selama 5 hari dengan aturan minum 1 x sehari 1 tablet kecuali dinyatakan lain oleh dokter. Penggunaan Azithromycin harus dilakukan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit hati signifikan karena rute utama eliminasi Azithromycin dilakukan di hati. Pada pasien dengan gangguan ginjal berat (GFR < 10 ml/menit), diamatai terjadi peningkatan paparan sistemikAzithromycin sebesar 33%. Penyesuaian dosis tidak dibutuhkan untuk pasien dengan gangguan ginjal ringan (bersihan kreatinin >40 ml/menit), namun data penggunaan Azithromycin pada pasien dengan gangguan ginjal berat masih belum diketahui, oleh karena itu peresepan Azithromycin untk pasien dengan gangguan ginjal berat harus  dilakukan dengan hati-hati. Perpanjangan repolarisasi jantung dan interval QT, yang dapat memberikan resiko berkembangnya aritmia dan torsade de pointes, diamati terjadi pada terapi dengan makrolida lain. Efek yang sama tidak dapat dihindari saat terapi Azithromycin diberikan pada pasien dengan peningkatan resiko perpanjangan repolarisasi jantung.
.

No comments:

Post a Comment

Azithromycin, Antibiotik yang digunakan untuk terapi covid

Azithromycin merupakan antibiotik golongan makrolida yang memiliki mekanisme kerja dengan mengikat subunit ribosom 50S pada mikroorganisme y...